Sabtu, 26 Desember 2015

Desain & Struktur Organisasi

Desain dan struktur Organisasi merupakan faktor penting yang mempengaruhi perilaku individu dan kelompok-kelompok yang ada di dalam organisasi. Berbagai perubahan yang terjadi dalam manajemen dalam lingkungan bisnis global saat ini merupakan alasan utama desain dan struktur menjadi lebih diperhatikan. 

Dalam konteks desain organisasi, Ivancevich (2008) mendefinisikannya sebagai proses penentuan keputusan untuk memilih alternatif kerangka kerja jabatan, proyek pekerjaan, dan departemen. Dengan demikian, keputusan atau tindakan-tindakan yang dipilih ini akan menghasilkan sebuah struktur organisasi.

A. Dimensi Struktur Organisasi

Empat desain keputusan (pembagian kerja, pendelegasian kewenangan, pembagian departemen, dan rentang kendali) menghasilkan struktur organisasi, Para peneliti dan praktisi manajemen berusaha untuk mengembangan pemahaman mengenai hubungan antar struktur dan kinerja, sikap, keefektifan, dan variabel lainnya. Secara umum, gambaran mengenai struktur meliputi formalisasi, sentralisasi, dan kerumitan.

1.Formalisasi

Formalisasi mengacu derajat dimana segala harapan mengenai cara dan tujuan pekerjaan dirumuskan, ditulis dan diberlakukan. Suatu organisasi yang sangat formal, akan memuat prosedur dan aturan yang ketat dalam setiap kegiatan / pekerjaan di dalam organisasi. Dengan demikian, semakin formal suatu organisasi, maka semakin ketat pula aturan dan prosedur kerja. Formalisasi merupakan hasil dari spesialisasi kerja yang tinggi, pendelegasian kewenangan yang tinggi, pembagian departemen berdasarkan fungsi, dan luasnya rentang kendali.

2.Sentralisasi

Sentralisasi merupakan dimensi struktur organisasi yang mengacu pada derajat dimana kewenangan untuk mengambil keputusan dikuasai oleh manajemen puncak. Hubungan sentralisasi dengan empat desain keputusan adalah sebagai berikut: Semakin tinggi spesialisasi kerja, semakin besar sentralisasi, Semakin sedikit kewenangan yang didelegasikan, semakin besar sentralisasi, Semakin besar penggunaan departemen berdasarkan fungsi, semakin besar sentralisasi, Semakin luas rentang kendali, semakin besar sentralisasi.

3.Kerumitan

Kerumitan (complexity) adalah suatu struktur organisasi yang mengacu pada jumlah pekerjaan atau unit yang berbeda dalam organisasi.

B. Departemenlisasi

Departementalisasi adalah proses penentuan cara bagaimana kegiatan yang dikelompokkan. Beberapa bentuk departementalisasi sebagai berikut :
1. Fungsi
2. Produk atau jasa
3. Wilayah
4. Langganan
5. Proses atau peralatan
6. Waktu
7. Pelayanan
8. Alpa-numeral
9. Proyek atau matriks

Departementalisasi fungsional mengelompokkan fungsi – fungsi yang sama atau kegiatan – kegiatan sejenis untuk membentuk suatu satuan organisasi. Organisasi fungsional ini barangkali merupakan bentuk yang paling umum dan bentuk dasar departementalisasi.

kebaikan utama pendekatan fungsional adalah bahwa pendekatan ini menjaga kekuasaan dan kedudukan fungsi- funsi utama, menciptakan efisiensi melalui spesialisasi, memusatkan keahlian organisasi dan memungkinkan pegawai manajemen kepuncak lebih ketat terhadap fungsi-fungsi.

Pendekatan fungsional mempunyai berbagi kelemahan. struktur fungsional dapat menciptakan konflik antar fungsi-fungsi, menyebabkan kemacetan-kemacetan pelaksanaan tugas yang berurutan pada kepentingan tugas-tugasnya, dan menyebabkan para anggota berpandangan lebih sempit serta kurang inofatif.

Departementalisasi Divisional : Organisasi Divisional dapat mengikuti pembagian divisi-divisi atas dasar produk, wilayah (geografis), langganan, dan proses atau peralatan. Struktur organisasi divisional atas dasar produk. setiap departemen bertanggung jawab atas suatu produk atau sekumpulan produk yang berhubungan (garis produk).

Divisionalisasi produk adalah pola logika yang dapat diikuti bila jenis-jenis produk mempunyai teknologi pemrosesan dan metode-metode pemasaran yang sangat berbeda satu dengan yang lain dalam organisasi. Sturktur organisasi divisional atas dasar wilayah. Departementalisasi wilayah , kadang-kadang juga disebut depertementalisasi daerah , regional atau geografis , adalah pengelompokkan kegiatan-kegiatan menurut tempat dimana operasi berlokasi atau dimana satuan-satuan organisasi menjalankan usahanya.

C. Model-model desain organisasi

Pada penerapannya, model desain orgranisasi terdiri dari 2 model, yaitu Desain organisasi Mekanistik dan Desain organisasi orgranik.

1. Desain Organisasi Mekanistik.
  • Proses kepemimpinan tidak mencakup persepsi tentang keyakinan dan kepercayaan.
  • Proses motivasi hanya menyadap motif fisik, rasa, aman, dan ekonomik melalui perasaan takut dan sanksi.
  • Proses komunikasi berlangsung sedemikian rupa sehingga informasi mengalir ke bawah dan cenderung terganggu tidak akurat.
  • Proses interaksi bersifat tertutup dan terbatas, hanya sedikit pengaruh bawahan atas tujuan dan metode departemental.
  • Proses pengambilan keputusan hanya di tingkat atas, keputusan Relatif.
  • Proses penyusun tujuan dilakukan di tingat puncak original, tanpa mendorong adanya partisipasi kelompok.
  • Proses kendali dipusatkan dan menekankan upaya memperhalus kesalahan.


2. Desain Orgranisasi Orgranik.
  • Proses kepemimpinan mencakup persepsi tentang keyakinan dan kepercayaan antara atasan dan bawahan dalam segala persoalan.
  • Proses motivasi berusaha menimbulkan motivasi melalui metode Partisipasi.
  • Proses komunikasi berlangsung sedemikian rupa sehingga informasi mengalir secara bebas keseluruh orgranisasi yaitu ke atas ke bawah dan kesamping.
  • Proses interaksi bersifat terbuka dan ekstensif, bai atasan ataupun bawahan dapat mempengaruhi tujuan dan metode partemental.
  • Proses pengambilan keputusan dilaksanakan di semua tingkatan melalui proses kelompok.
  • Proses penyusunan tujuan mendorong timbulnya partisipasi kelompok untuk menetapkan sasaran yang tinggi dan realistis.
  • Proses kendali menyeber ke seluruh orgranisasi dan menekan pemecahan masalah dan pengendalian diri.
  • Desain organisasi yang efektif tidak dapat berpedoman pada teori sebagai satu cara terbaik melainkan manajer harus menerima sudut pandang bahwa desain mekanistik atau desain organik lebih efektif bagi organisasi atau sub-sub untit di dalamnya.


referensi:

https://teorionline.wordpress.com/category/kumpulan-teori/desain-dan-struktur-organisasi/
https://duniatugasasri.wordpress.com/2013/06/11/dimensi-struktur-organisasi/

Kepemimpinan

A. Definisi Kepemimpinan

Kepemimpinan adalah proses mempengaruhi atau memberi contoh oleh pemimpin kepada pengikutnya dalam upaya mencapai tujuan organisasi. Pemimpin pada hakikatnya adalah seorang yang mempunyai kemampuan untuk mempengaruhi perilaku orang lain di dalam kerjanya dengan menggunakan kekuasaan. Kekuasaan merupakan kemampuan untuk mengarahkan dan mempengaruhi bawahan sehubungan dengan tugas-tugas yang harus dilaksanakannya. 

Para ahli mendifinisakan kepemimpinan sebagai berikut:

1. George R. Terry 

    Kepemimpinan adalah hubungan yang ada dalam diri seseorang atau pemimpin, mempengaruhi orang lain untuk bekerja secara sadar dalam hubungan tugas untuk mencapai tujuan yang diinginkan.

2. Ordway Tead

  Kepemimpinan sebagai perpaduan perangai yang memungkinkan seseorang mampu mendorong pihak lain menyelesaikan tugasnya.

3. Rauch & Behling

    Kepemimpinan adalah proses mempengaruhi aktifitas-aktifitas sebuah kelompok yang diorganisasi ke arah pencapaian tujuan.

B. Gaya- gaya Kepemimpinan

Ada banyak gaya kepemimpinan yang terjadi di perusahaan. Efektivitas seorang pemimpin dipengaruhi oleh gaya kepemimpinan yang dimilikinya. Kurt Lewin mengatakan bahwa ada 3 gaya kepemimpinan yaitu:

1. Otokratik

Gaya kepemimpinan ini semuanya ditentukan oleh pemimpin, pemimpin adalah segalanya. Semua keputusan diambil oleh pemimpin dan anak buah tidak mempunyai hak untuk bersuara. Anak buah hanya menjalankan instruksi yang diberikan. Pola komunikasi yang terjadi adalah satu arah dari pemimpin ke anak buah. Pemimpin yang menggunakan gaya ini sangat task oriented sehingga besar kemungkinan ada anak buah yang tidak cocok dengan gaya kepemimpinan ini.

2. Demokratik

Gaya kepemimpinan ini memberikan tanggung jawab dan wewenang kepada semua anggota tim. Semua terlibat aktif dalam mengambil keputusan dan boleh memberikan masukan kepada anggota maupun kepada pemimpin. Pemimpin bersikap terbuka kepada usul yang diberikan karena menganggap semua usul baik adanya untuk kemajuan perusahaan. Gaya kepemimpinan ini menyeimbangkan antara tugas yang diberikan harus terselesaikan dengan baik dan penting menjaga hubungan harmonis antar tim.

3.     Laissez – Faire

Gaya kepemimpinan ini memberikan kebebasan mutlak kepada anak buah untuk berkreasi. Dalam hal ini, pemimpin bersifat pasif dan menunggu semuanya dari anak buah. Pola kepemimpinan yang terjadi adalah satu arah dari anak buah kepada pimpinan. Gaya kepemimpinan ini cocok diterapkan jika mempunyai anak buah dengan inisiatif yang baik.

C. Teori-teori Kepemimpinan

a) Teori Sifat

Teori ini bertolak dari dasar pemikiran bahwa keberhasilan seorang pemimpin ditentukan oleh sifat-sifat, perangai atau ciri-ciri yang dimiliki pemimpin itu. Atas dasar pemikiran tersebut timbul anggapan bahwa untuk menjadi seorang pemimpin yang berhasil, sangat ditentukan oleh kemampuan pribadi pemimpin. Dan kemampuan pribadi yang dimaksud adalah kualitas seseorang dengan berbagai sifat, perangai atau ciri-ciri di dalamnya.

Ciri-ciri ideal yang perlu dimiliki pemimpin menurut Sondang P Siagian (1994:75-76) adalah: – pengetahuan umum yang luas, daya ingat yang kuat, rasionalitas, obyektivitas, pragmatisme, fleksibilitas, adaptabilitas, orientasi masa depan; – sifat inkuisitif, rasa tepat waktu, rasa kohesi yang tinggi, naluri relevansi, keteladanan, ketegasan, keberanian, sikap yang antisipatif, kesediaan menjadi pendengar yang baik, kapasitas integratif; – kemampuan untuk bertumbuh dan berkembang, analitik, menentukan skala prioritas, membedakan yang urgen dan yang penting, keterampilan mendidik, dan berkomunikasi secara efektif.

b) Teori Perilaku

Dasar pemikiran teori ini adalah kepemimpinan merupakan perilaku seorang individu ketika melakukan kegiatan pengarahan suatu kelompok ke arah pencapaian tujuan. Dalam hal ini, pemimpin mempunyai deskripsi perilaku:

*) Perilaku seorang pemimpin yang cenderung mementingkan bawahan memiliki ciri ramah tamah, mau berkonsultasi, mendukung, membela, mendengarkan, menerima usul dan memikirkan kesejahteraan bawahan serta memperlakukannya setingkat dirinya.

*) Berorientasi kepada bawahan dan produksi perilaku pemimpin yang berorientasi kepada bawahan ditandai oleh penekanan pada hubungan atasan-bawahan, perhatian pribadi pemimpin pada pemuasan kebutuhan bawahan serta menerima perbedaan kepribadian, kemampuan dan perilaku bawahan. Sedangkan perilaku pemimpin yang berorientasi pada produksi memiliki kecenderungan penekanan pada segi teknis pekerjaan, pengutamaan penyelenggaraan dan penyelesaian tugas serta pencapaian tujuan. 

c) Teori Situational

Keberhasilan seorang pemimpin menurut teori situasional ditentukan oleh ciri kepemimpinan dengan perilaku tertentu yang disesuaikan dengan tuntutan situasi kepemimpinan dan situasi organisasional yang dihadapi dengan memperhitungkan faktor waktu dan ruang. Faktor situasional yang berpengaruh terhadap gaya kepemimpinan tertentu menurut Sondang P. Siagian (1994:129) adalah
* Jenis pekerjaan dan kompleksitas tugas;
* Bentuk dan sifat teknologi yang digunakan;
* Persepsi, sikap dan gaya kepemimpinan;
* Norma yang dianut kelompok;
* Rentang kendali;
* Ancaman dari luar organisasi;
* Tingkat stress;
* Iklim yang terdapat dalam organisasi.

Referensi:

https://id.wikipedia.org/wiki/Kepemimpinan
http://kepemimpinan-fisipuh.blogspot.co.id/ 
http://magnatransformaprovidencia.blogspot.co.id/2014/01/gaya-kepemimpinan-dalam-suatu-organisasi.html
http://ekoif.weebly.com/teori-kepemimpinan.html 

Karakteristik Kelompok, Tahapan Pembentukan Kelompok, Kekuatan Team Work

Kelompok adalah kumpulan individu yang terdiri dari 2 orang atau lebih yang saling berinteraksi dan saling berkegantungan dalam rangka memenuhi kebutuhan dan mencapai suatu tujuan bersama yang menyebabkan satu sama lain saling mempengaruhi.

Kita sebagai umat manusia tidak mungkin bisa hidup sendiri tentu kita membutuhkan bantuan dari orang lain. Saling ketergantungan itulah yang membuat manusia hidup secara berkelompok. Hidup berkelompok membantu kita untuk mencapai tujuan kita bersama orang yang punya tujuan yg sama pula. Namun terkadang tujuan itu bisa saja salah apabila kita tidak pintar dalam memilih kelompok.

Lalu sebenarnya apa sih manfaat berkelompok itu?

Manfaat hidup berkelompok itu sangat banyak, diantaranya:

  • Orang-orang lain menjadi sumber informasi yang sangat penting
  • Kelompok juga bisa menjadi identitas diri kita
  • Kelompok membantu menegakan norma sosial, aturan yang eksplisit atau implisit mengenai perilaku yang diterima
Karakteristik Kelompok

Pada dasarnya suatu kelompok mempunyai karakteristik yang sama, diantaranya:

  1. Terdiri dari dua orang atau lebih dalam interaksi sosial baik verbal maupun non verbal
  2. Anggota kelompok harus mempunyai pengaruh satu sama lain supaya dapat diakui menjadi anggota suatu kelompok
  3. Mempunyai struktur hubungan yang stabil sehingga dapat menjaga anggota kelompok secara bersama dan berfungsi sebagai suatu unit
  4. Anggota kelompok adalah orang yang mempunyai tujuan dan minat yang sama
  5. Individu yang tergabung dalam kelompok, saling mengenal satu sama lain serta dapat membedakan orang-orang yang bukan anggotanya

Tahap-tahap Pembentukan Kelompok 

Model pembentukan suatu kelompok pertama kali diajukan oleh Bruce Tackman (1965). Teori ini dikenal sebagai salah satu teori pembentukan kelompok yang terbaik dan menghasilkan banyak ide-ide lain setelah kosep ini dicetuskan.

Tahap 1 – Forming

Pada tahap ini kelompok baru saja dibentuk dan diberikan tugas. Anggota kelompok cenderung untuk bekerja sendiri dan walaupun memiliki itikad baik namun mereka belum saling mengenal dan belum saling percaya.

Tahap 2 – Storming

Kelompok mulai mengembangkan ide-ide berhubungan dengan tugas-tugas yang mereka hadapi. Mereka membahas isu-isu semacam masalah yang harus mereka selesaikan. Anggota kelompok saling terbuka dan mengkonfrontasi ide-ide dan perspektif mereka masing-masing. Pada beberapa kasus, tahap storming cepat selesai. Namun ada pula yang mandek pada tahap ini.

Tahap 3 – Norming

Terdapat kesepakatan dan konsensus antara anggota kelompok. Peranan dan tanggung jawab telah jelas. Anggota kelompok mulai dapat mempercayai satu sama lain seiring dengan mereka melihat kontribusi masing-masing anggota untuk kelompok.

Tahap 4 – Performing

Kelompok dalam tahap ini dapat menyelesaikan pekerjaan dengan lancar dan efektif tanpa ada konflik yang tidak perlu dan supervisi eksternal. Anggota kelompok saling bergantung satu sama lainnya dan mereka saling respect dalam berkomunikasi.

 Tahap 5 – Adjourning dan Transforming

Tahap dimana proyek berakhir dan kelompok membubarkan diri. Kelompok bisa saja kembali pada tahap mana pun ketika mereka mengalami perubahan.

Kekuatan Team Work

Dengan adanya kelompok kita dapat belajar saling percaya dan bekerjasama dalam mencapai tujuan tertentu. Adapun kekuatan dari kerja sama ataupun teamwork itu sendiri adalah:


  1. Teamwork adalah kerjasama dalam tim yang biasanya dibentuk dari beragam divisi dan kepentingan.
  2. Sama-sama bekerja bukanlah teamwork, itu adalah kerja individual.
  3. Filosofi teamwork: ‘saya mengerjakan apa yang Anda tidak bisa dan Anda mengerjakan apa yang saya tidak bisa.
  4. Ketika berada dalam teamwork, segala ego pribadi, sektoral, deparmen harus disingkirkan.
  5. Dalam teamwork yang dikejar untuk dicapai adalah target bersama, bukan individual.
  6. Keragaman individu dalam teamwork memang sebuah nilai plus namun bisa menjadi minus jika tidak ada saling pengertian.
  7. Saling pengertian terhadap karakter masing-masing anggota team akan menjadi modal sukses bersama.
  8. Jika setiap orang bekerjasama via bidang masing-masing, target korporasi pasti akan segera terealisasi.
  9. Individu yang egois mengejar target pribadi akan menghambat keberhasilan team. Bayangkan jika si A mengejar target A & si B mengejar target B, lalu target bersama bermuara kemana?
  10. Keahlian masing-masing sungguh menjadi anugerah dalam teamwork yang akan mempercepat proses pencapaian target.
  11. Kendalikan ego dan emosi saat bersama agar pergesekan tidak berujung pada pemboikotan kerjasama.
  12. Dengan pemahaman yang tinggi soal karakter individu dalam team, realisasi target tidak perlu waktu yang lama.
  13. Ingatlah selalu bahwa: ‘teamwork makes the dream work’.
Referensi:

http://erlanggaba.blogspot.co.id/2013/05/pengertian-kerjasama-dan-kekuatan-team.html
https://sofiaribowo.wordpress.com/2013/06/22/pengertian-dan-karakteristik-kelompok/



Jumat, 25 Desember 2015

Contoh Kasus Strategi Pengambilan Keputusan dalam Organisasi

Pada setiap organisasi pastilah terdapat berbagai macam kendala yang dialami, baik itu dari internal maupun eksternal. Oleh karena itu, suatu organisasi dituntut untuk dapat memecahkan serta menghadapi berbagai masalah tersebut agar perusahaan dapat terus tetap bertahan untuk kedepannya. Maka dari itu diperlukan keputusan yang akan menentukan nasib perusahaan. Keputusan berbagai macam bentuknya sesuai dengan masalah yang sedang dihadapi. Disinilah peran pemimpin dibutuhkan dalam pengambilan keputusan.

sebelum membahas tentang strategi dan contoh kasus pengambilan keputusan dalam organisasi, alangkah baiknya kita ketahui dulu apa itu pengambilan keputusan.

Definisi Keputusan

Seperti yang sudah dijelaskan diatas, Keputusan adalah reaksi terhadap beberapa solusi alternatif yang dilakukan secara sadar dengan cara menganalisa kemungkinan-kemungkinan dari alternatif tersebut bersama konsekuensinya. Oleh karane itu, keputusan biasanya menghasilkan dua pilihan terakhir, dapat berupa tindakan atau opini. 

Para ahli pun telah mendefinisikan keputusan, diantaranya:

-Drs. H. Malayu S.P Hasibuan
Pengambilan keputusan adalah suatu proses penentuan keputusan yang terbaik dari sejumlah alternatif untuk melakukan aktifitas-aktifitas pada masa yang akan datang.

-ChesteBarnard

Keputusan adalah perilaku organisasi, berintisari perilaku perorangan dan dalamgambaran proses keputusan ini secara relative dan dapat dikatakan bahwa pengertiantingkah laku organisasi lebih penting dari pada kepentingan perorangan.

Tipe-Tipe Keputusan

a) Keputusan terprogram 

Keputusan dapat diprogramkan sejauh keputusan tersebut terulang dan rutin serta telah dikembangkan prosedur tertentu untuk menaganinya.

b) Keputusan tidak terprogram

Suatu keputusan manakala keputusan tersebut baru dan tidak tersusun. Keputusan yang tidak diprogram harus diidentifikasi dengan tepat karena jenis pengambilan keputusan sering kali memerlukan alokasi dana yang sangat besar.

Gaya Pengambilan Keputusan

  • Manajer mengambil keputusan sendiri dengan menggunakan masukan informasi yang tersedia pada waktu tertentu
  • Manajer memperoleh informasi yang diperlukan dari para bawahan dan menetapkan keputusan yang dipandang relevan
  • Manajer membicarakan permasalahan yang dihadapi organisasi dengan para bawahan secara individual dan mendapatkan gagasan dan saran-saran tanpa melibatkan para bawahan sebagai suatu kelompok
Contoh Kasus:

Pada tahun 1983, kepercayaan knight melakukan kesalahan dalam pengelolaan nike, sehingga berdampak pada 350 karyawan yang ia miliki, oleh karena itu PHIL sebagai Ketua Dewan Direksi memutuskan untuk mendapatkan kembali posisi produsen sepatu nomor satu melalui kecepatan penjualannya dengan konsep "Nike Global Segmentation & Targeting Positioning"

Analisa:

Dari contoh kasus tersebut PHIL selaku Ketua Dewan Direksi mengambil keputusan dengan tipe keputusan tidak terprogram karena keputusan tersebut baru dan tidak tersusun. Gaya pengambilan keputusan yang diterapkan adalah manajer mengambil keputusan sendiri berdasarkan masukan informasi yang diterima

Referensi:

https://mansyth.wordpress.com/2013/05/04/pengambilan-keputusan-dalam-berorganisasi/
http://www.slideshare.net/reskaazis/presentation6-46381838

Peran Komunikasi dalam Organisasi

Peran Komunikasi didalam suatu organisasi tentunya sangat penting. tapi sebelum membahas lebih lanjut mari kita ulas sedikit apa sih komunikasi dan organisasi itu?

Komunikasi adalah suatu proses dimana seseorang atau kelompok berinteraksi dengan lingkungan sekitarnya. Umumnya komunikasi disampaikan melalui lisan atau verbal yang dapat dimengerti keduanya, namun apabila tidak bisa maka bisa menggunakan gerak gerik tubuh atau menunjukan suatu sikap tertentu seperti tersenyum, menggelengkan kepala, dsb. Cara seperti ini disebut komunikasi non verbal.

Sedangkan organisasi adalah sebuah wadah yang terdiri dari beberapa individu-individu yang mempunyai tujuan yang sama dan saling bekerja sama agar tujuan tersebut dapat terlaksana.

Lalu bagaimana peran komunikasi dalam suatu organisasi?

Berdasarkan penjelasan tersebut, tentunya kesuksesan suatu organisasi tidak lepas dari adanya komunikasi antara individu-individu tersebut sehingga semua yang dirancang pada awalnya dapat terlaksana dengan baik. Bayangkan bila tidak adanya komunikasi dalam suatu organisasi, pasti organisasi tersebut tidak akan berjalan lancar karena tidak adanya penyatuan ide atau gagasan dari individu-individu yang terlibat didalamnya. 

Selain itu, kesuksesan suatu organisasi bisa dilihat pula dari pemimpinnya. Pemimpin yang baik adalah pemimpin yang dapat berkomunikasi dengan anggotanya. Karena pemimpin mempunyai kewajiban untuk mempersatukan semua pemikiran dari anggotanya dan mengkondisikannya agar tidak ada kesenjangan dari tiap-tiap anggotanya. Tidak hanya itu, seorang pemimpin juga mampu bertanggung jawab atas semua kegiatan dan dapat menginformasikannya dengan baik kepada atasannya

Maka dari itu, Komunikasi berperan penting dalam suatu organisasi baik individu dengan individu maupun Pemimpin dengan atasan dan anggotanya.

Lalu bagaimana agar Komunikasi dapat berjalan secara efektif?

Komunikasi dikatakan efektif apabila komunikator dapat menyampaikan apa yang dimaksudnya. Secara umum, komunikasi dinilai efektif apabila rangsangan yang disampaikan oleh narasumber dapat dipahami dan dimengerti oleh orang yang menerima rangsangan tersebut.

Jadi apabila sudah tidak terdapat kesalah pahaman antara komunikan dengan komunikatornya maka dapat dikatakan komunikasi tersebut berjalan secara efektif.

Lalu bagaimana proses terjadinya komunikasi yang efektif?

Ada beberapa tahapan yang harus dilalui, diantaranya:

1. Penginterpretasian
2. Penyandian
3. Pengiriman
4. Perjalanan
5. Penerimaan
6. Penyandian balik
7. Penginterpretasian

Referensi:
http://melvinhutomo.blogspot.co.id/2015/03/peran-komunikasi-dalam-organisasi.html